Pernyataan Misbakhun Soal Rokok, Yayasan Kanker Indonesia: Rokok Penyebab Kanker paling bisa dicegah

ilustrasi rokok

GETPOST.ID, JAKARTA- Pernyataan Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengenai rokok tidak mengakibatkan orang meninggal dunia dibantah oleh Yayasan Kanker Indonesia. Dalam siaran persnya, YKI mengungkapkan adanya bukti medis dan ilmiah telah lama menunjukkan bahwa rokok adalah penyebab utama berbagai jenis kanker dan kematian dini. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) merasa perlu memberikan klarifikasi kepada masyarakat berdasarkan data medis dan riset internasional yang kredibel.

Ketua Umum YKI, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, menyampaikan, “Yayasan Kanker Indonesia ingin menegaskan bahwa rokok adalah penyebab kanker yang paling bisa dicegah. Zat-zat  karsinogenik dalam rokok merusak DNA sel tubuh, memicu pertumbuhan sel abnormal, dan menyebabkan berbagai jenis kanker. Pernyataan yang meragukan bahaya rokok sangat berisiko karena dapat menyesatkan publik dan melemahkan upaya pencegahan.”

Read More

 Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa mekanisme kanker akibat rokok dapat dilihat bahwa asap rokok mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, termasuk arsenik, benzena, dan formaldehida. Sekitar 70 di antaranya bersifat karsinogenik dan dapat merusak gen dalam sel tubuh, sehingga berakibat pada kerusakan DNA. Selain itu, gen yang rusak menyebabkan sel berkembang secara tidak normal dan membentuk tumor kanker. Perlu diperhatikan bahwa tar dari rokok mengendap di paru-paru, menyebabkan kanker paru-paru dan menyebarkan zat beracun ke seluruh tubuh melalui darah.

Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, Ketua Umum YKI

Terdapat beberapa jenis kanker yang disebabkan oleh rokok, yaitu kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan (laring, orofaring), kanker kerongkongan, kanker kandung kemih, kanker pankreas, kanker ginjal, kanker serviks (leher rahim), dan beberapa jenis kanker darah (leukemia).

Rokok tidak hanya berdampak terhadap si perokok langsung, tetapi juga berisiko pada perokok pasif. WHO  mencatat bahwa 1,2 juta kematian per tahun terjadi pada perokok pasif. Dampaknya hampir setara dengan perokok aktif karena paparan zat berbahaya yang sama. Anak-anak, ibu hamil, dan lansia sangat rentan terhadap paparan asap rokok di lingkungan rumah dan publik.

Lebih lanjut Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa semakin lama seseorang merokok, semakin tinggi risiko kanker, efeknya bersifat kumulatif, dan semakin banyak rokok yang diisap per hari, semakin besar risiko kanker.

 “Kami mengajak seluruh masyarakat, termasuk para pemimpin publik, untuk merujuk pada data medis dan bukan opini pribadi. Rokok bukan hanya membunuh perokok, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Ini bukan soal debat, ini soal nyawa,” tegas Prof. Aru Sudoyo.

Yayasan Kanker Indonesia terus berkomitmen untuk menyuarakan edukasi publik, advokasi kebijakan, dan perlindungan terhadap generasi muda dari bahaya rokok.

Related posts