Melahirkan Polisi Bermoral, Misi Baru Lemdiklat Polri

GETPOST.ID, Jakarta- Di tengah tuntutan masyarakat terhadap institusi kepolisian yang semakin tinggi, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri kini memegang peran vital dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) Polri yang unggul, bermoral, dan berintegritas. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Kalemdiklat Polri Komjen Pol Prof. Chryshnanda Dwilaksana saat membuka Sidang Pleno Dewan Pendidikan dan Pelatihan (Wandiklat) Polri Tahun Anggaran 2025 di Jakarta.

Dalam sidang yang juga dihadiri Wakapolri Komjen Pol Prof. Dr. Dedi Prasetyo, Irwasum Polri Komjen Pol Drs. Wahyu Widada, serta para pejabat utama Mabes Polri dan kepala satuan pendidikan dari seluruh Indonesia, Chryshnanda menekankan bahwa Lemdiklat Polri harus menjadi center of excellence — pusat keunggulan yang melahirkan personel Polri profesional, berkarakter, dan berdaya saing tinggi.

Pendidikan Polri Berbasis Moral dan Literasi

Dalam sambutannya, Chryshnanda menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya sidang pleno dengan tema besar “Membangun Keutamaan Pendidikan yang Berbasis Moral dan Literasi untuk Mewujudkan Polisi sebagai Penjaga Kehidupan, Pembangun Peradaban, dan Pejuang Kemanusiaan.”

Ia menegaskan bahwa dunia kepolisian tidak hanya bicara soal penegakan hukum, tetapi juga tentang membangun nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban. Untuk itu, pendidikan di tubuh Polri tidak boleh hanya menitikberatkan pada kemampuan teknis, melainkan juga pada moralitas, empati, dan integritas pribadi.

“Setiap insan Polri memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi penjaga keteraturan sosial yang adil dan manusiawi. Pendidikan kita harus menanamkan nilai-nilai moral agar setiap anggota Polri memahami makna sejati pengabdian,” ujar Chryshnanda.

Transformasi Polri Dimulai dari SDM

Sejalan dengan empat arah transformasi Polri — yaitu transformasi organisasi, operasional, pelayanan publik, dan pengawasan — Kalemdiklat menegaskan bahwa inti dari transformasi adalah manusia.

“Jantung dari transformasi Polri adalah SDM. SDM Polri harus unggul, memiliki kompetensi teknis dan kepemimpinan yang baik, serta beretika dalam setiap tindakan. Tanpa SDM yang bermoral, profesional, dan berkarakter, transformasi hanya akan menjadi slogan,” tegasnya.

Ia menilai bahwa era modern menuntut aparat kepolisian yang tidak hanya tangguh di lapangan, tetapi juga cerdas digital, berwawasan global, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Karena itu, Lemdiklat dituntut untuk selalu memperbarui kurikulum, metode pelatihan, dan sistem pembelajaran agar sesuai dengan tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.

Tolak Kekerasan dan Budaya Arogansi

Lebih jauh, Chryshnanda menegaskan bahwa pendidikan kepolisian tidak boleh lagi diwarnai kekerasan, arogansi, atau budaya transaksional. Lemdiklat harus menjadi ruang pembelajaran yang beradab, menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Ia menolak keras segala bentuk kekerasan dalam pendidikan kepolisian. Menurutnya, pembentukan karakter tidak boleh dilakukan dengan cara-cara represif, tetapi melalui keteladanan dan pendekatan moral. “Kita tidak boleh mewariskan kekerasan dalam pendidikan. Kita harus membangun budaya kepemimpinan yang bijaksana dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya tegas.

Untuk itu, Chryshnanda mendorong agar Lemdiklat Polri terus beradaptasi dan berinovasi dengan menyusun kurikulum yang relevan dan up to date, melatih tenaga pendidik yang berkompeten, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung tumbuhnya sikap disiplin dan empati.

Lemdiklat Sebagai Ikon Moral dan Intelektual Polri

Kalemdiklat Polri juga menaruh harapan besar agar lembaganya dapat menjadi ikon perubahan dalam tubuh Polri — bukan hanya sebagai pusat pelatihan teknis, tetapi juga pusat pembentukan moralitas dan literasi kepolisian modern.

Ia ingin agar Lemdiklat menjadi contoh nyata institusi yang menolak narkoba, anti-korupsi, dan menjunjung tinggi nilai kebhinekaan serta toleransi. Dengan begitu, para lulusan Lemdiklat tak hanya mahir secara operasional, tetapi juga menjadi figur polisi yang berkepribadian mulia, siap melindungi dan melayani masyarakat dengan hati nurani.

Chryshnanda juga menekankan pentingnya membangun budaya literasi di lingkungan pendidikan kepolisian. Menurutnya, polisi yang cerdas adalah polisi yang terus belajar, membaca, dan berpikir kritis. “Kita harus menjadikan literasi sebagai kebiasaan dalam setiap proses pendidikan. Polisi yang berpengetahuan luas akan lebih bijak dalam mengambil keputusan dan lebih manusiawi dalam bertindak,” ujarnya.

Harapan untuk Polri yang Unggul dan Humanis

Menutup sambutannya, Komjen Chryshnanda berharap hasil Sidang Pleno Wandiklat 2025 ini dapat melahirkan keputusan strategis untuk penyelenggaraan pendidikan Polri tahun 2026 yang lebih baik. Ia ingin agar Lemdiklat benar-benar menjadi pusat unggulan SDM Polri yang bermoral, profesional, cerdas, dan modern.

“Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan bimbingan dan perlindungan kepada kita semua dalam pengabdian terbaik bagi masyarakat, bangsa, dan negara,” tutupnya.

Dengan semangat pembaruan tersebut, Lemdiklat Polri kini tidak hanya menjadi tempat mencetak personel, tetapi juga wadah lahirnya generasi baru polisi Indonesia — polisi yang berkarakter, cerdas secara intelektual, kuat secara moral, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Mereka bukan hanya penegak hukum, tetapi juga penjaga kehidupan, pembangun peradaban, dan pejuang kemanusiaan.

Related posts