GETPOST.ID, Jakarta – Kantar Indonesia, perusahaan global di bidang data, insights, dan konsultasi, menggelar forum strategis Insight-Driven Growth 2025 di Jakarta, kemarin. Forum ini mengusung tema “Mempertajam Strategi dan Daya Saing Brand Lokal”, dengan fokus pemanfaatan data dan wawasan konsumen untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan brand-brand lokal di Indonesia.
Acara ini dihadiri sekitar 200 peserta. Terdiri dari pemilik brand, eksekutif C-level, dan praktisi pemasaran senior dari berbagai perusahaan ternama.
Cheong Tai Leung, Chief Executive Officer Kantar Insights APAC, dan Nadya Ardianti, Managing Director Kantar Insights Indonesia, memaparkan temuan-temuan utama dari riset global Kantar, termasuk hasil studi BrandZ selama 20 tahun terakhir.
Temuan BrandZ menunjukkan pentingnya bagi brand untuk menjadi lebih meaningful (bermakna), different (berbeda), dan salient (mudah diingat). Total nilai gabungan 50 brand teratas di Indonesia berdasarkan BrandZ mencapai lebih US$ 84 miliar.
“Brand perlu membangun koneksi lebih dekat dengan konsumen berdasarkan insight, bukan hanya insting. Brand lokal Indonesia punya potensi besar untuk bersaing di tingkat regional selama memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan konsumen,” ujar Cheong Tai Leung.
Menariknya, forum ini diisi sesi sharing berbasis data, studi kasus sukses, dan diskusi mendalam. Mulai Winning in the Mind tentang membangun citra di benak konsumen, Building Strong Brand Equity mengenai diferensiasi bermakna, Winning with Your Product terkait relevansi produk, hingga Disrupting Categories yang mendorong inovasi berani.
Nadya Ardianti, Marketing Director Kantar Insights Indonesia, mengatakan wawasan kuat menjadi fondasi bagi keputusan yang tepat dan pertumbuhan berkelanjutan. Ini saat brand lokal membangun kepercayaan diri untuk melangkah lebih jauh.
Narasumber lain di forum ini adalah Dr Heru Kustanto, MSi (Kementerian Perindustrian RI), Dr Arnita Rishanty (Ekonom Senior Bank Indonesia), Fiona Anjani Foebe (CMO Scarlett), Nanang Siswanto (Marketing Director Agrinesia), dan Imam Ibrahim (Strategic Management Office & Marketing Science Eiger).
Mereka membagikan pengalaman dan strategi membangun brand berpusat pada konsumen, menjaga ketangkasan bisnis di pasar dinamis, dan memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan.
Logo Beli Produk Indonesia
Dr Heru Kustanto, MSi, perwakilan Kementerian Perindustrian RI, mengatakan pemerintah mendorong kewajiban penggunaan produk dalam negeri, khususnya pengadaan barang dan jasa pemerintah, sesuai amanat Undang-Undang No 3 Tahun 2015. Produk yang diproduksi di Indonesia dengan memanfaatkan tenaga kerja dan material lokal, akan dikategorikan sebagai produk dalam negeri dan diprioritaskan penggunaannya.
“Pada Agustus ini, kami meluncurkan logo Beli Produk Indonesia dengan indikator Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang wajib dicantumkan pada kemasan. Ke depan, sertifikat TKDN akan menjadi syarat pengadaan barang/jasa pemerintah. Kami mengajak pelaku usaha segera mengurus sertifikat TKDN melalui Sistem Informasi Nasional agar dapat berpartisipasi dalam promosi nasional produk berlogo TKDN,” pungkas dia.
Sementara Dr Arnita Rishanty dari BI, mengungkapkan Bank Indonesia menetapkan kebijakan moneter, menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan menerapkan kebijakan makroprudensial. Saat ini, kami mendorong digitalisasi pembayaran, termasuk perluasan QRIS antarnegara, yang telah terhubung dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia, serta segera dengan Jepang, Tiongkok, India, dan Arab Saudi.
“Kami juga mendukung program pemerintah melalui integrasi digitalisasi bantuan sosial dan transaksi pemda untuk meningkatkan efisiensi dan mencegah kebocoran anggaran. Selain itu, Bank Indonesia berperan menjaga stabilitas harga pangan di daerah dan berkolaborasi dengan OJK serta Kementerian Keuangan dalam pengembangan ekonomi hijau,” paparnya.
Reporter: Helmi


