GETPOST.ID, Jakarta – Satu lagi tokoh betawi yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia didokumentasikan dengan baik lewat buku. Namanya, M Rochjani Soe’oed, pemuda Betawi yang mewakili perkumpulan Pemoeda Betawi menjadi pelaku peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, peristiwa bersejarah 96 tahun lampau.
Peluncuran buku M Rochjani Soe’oed; Dari Betawi untuk Indonesia digelar di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, pada Senin (28/10).
Hadir dalam peluncuran buku tersebut, anggota DPD RI Dailami Firdaus, tokoh Betawi Sylviana Murni, Ketua Lembaga Kebudayan Betawi Beky Mardani, dan sebagainya.
“Semua mantan gubernur kami undang, tapi berhalangan,” kata Lahyanto Nadie, penulis buku tersebut.
Peluncuran buku ini diisi dengan pembahasan menarik dari antropolog Universitas Indonesia Prof Yasmine Zaki Shahab dan budayawan N. Syamsuddin Ch. Haesy, lebih dikenal dengan panggilan Bang Sem. Tampil sebagai moderator adalah budayawan Betawi Yahya Andi Saputra dan pembahas sejarawan dari Museum Sumpah Pemuda Eko Septian Saputra.
Yasmine mengatakan, selain menelusuri dan mencari informasi sedetil mungkin lantas mengabadikannya menjadi sebuah buku, perlu juga peninggalan Rochjani diabadikan menjadi benda bersejarah. Misalnya, rumah Rochjani di Kepu, Kemayoran, Jakarta Pusat, jadi cagar budaya. Pemerintah DK Jakarta perlu segera cepat bergerak menjadikan rumah tersebut menjadi cagar budaya agar tidak punah. Bagi masyarakat Betawi juga harus memahami bahwa ada aset yang terancam.
“Orang Betawi berdosa jika aset penting tersebut sampai terjual. Ini penting saya tegaskan agar orang Betawi pada melek,” ujarnya.
Sementara, Bang Sem menjelaskan potret dimensional berbagai aspek dan faktor ketokohan Rochjani Soe’oed dari personalitas dirinya, dimensi lingkungan domestiknya (termasuk saat berumah tangga), lingkungan sosialnya sebagai ambtenaar dan aktivis pergerakan pemuda, sangat kaya.
Bila hendak dihadirkan pada dimensi kekinian, sebagai cermin di tengah kehidupan bangsa nan gamang, tak menentu, ribet, dan dihadapkan dilema kemenduaan, eksistensi dan peran dirinya merupakan cermin jernih. Khasnya dalam menemukan kembali kapasitas diri sebagai pribadi berintegritas kala bangsa ini surplus petinggi dan miskin pemimpin; surplus akademisi dan miskin intelektual; serta kaya politisi dan miskin negarawan.
“Boleh jadi, tokoh Rochjani Soe’oed akan menjadi salah seorang tetiba dirindukan, ketika cermin kebangsaan kita jatuh dan pecah berkeping, karena kita mengabaikan sejarah,” kata Bang Sem.
Literatur sejarah tentang peristiwa Sumpah Pemuda 1928 sudah banyak. Tapi masih sedikit karya yang membahas tentang peranan tokoh Sumpah Pemuda 1928 menjelang, saat hari pelaksanaan, hingga pasca peristiwa tersebut.
Buku berjudul M Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia, termasuk satu dari sedikit karya yang membedah tokoh Sumpah Pemuda 1928. Bagaimana peran Rochjani Soe’oed, seorang pemuda Betawì dari organisasi Pemoeda Kaoem Betawi, berada dalam peristiwa penting gerakan pemuda di era pra kemerdekaan Indonesia kala itu.
Dalam berbagai catatan sejarah tentang Sumpah Pemuda 1928, data tentang sosok Rochjani Soe’oed dan kehidupannya minim sekali. Kendati pun telah dicari dalam berbagai literatur tokoh Betawi. Hasilnya nihil.
Padahal, dia memegang peran penting dalam Sumpah Pemuda 1928, yaitu sebagai sekretaris pembantu V dan salah satu pemimpin rapat di hari kedua Kongres Pemuda II 1928 serta turut menyusun narasi Sumpah Pemuda 1928 yang dikenal saat ini:
1. Tumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
2. Berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. Berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Penulis buku ini, Lahyanto Nadie dan Zaenal Aripin menemukan data awal sebagai sumber primer penulisan tentang Rochjani Soe’oed dari ‘manuskrip” Jepang, berjudul Orang Indonesia Jang Terkemoeka di Djawa terbitan Gunseikanbu 2604.
Buku ini kendati menulis tentang tokoh Sumpah Pemuda 1928, penulis mendisklaimer sebagai tulisan reportase perjalanan hidup Rochjani Soe’oed.
“Ini bukan buku sejarah, tapi reportase sejarah hidup tokoh Sumpah Pemuda 1928, khususnya tentang Rochjani Soe’oed,” pungkas Bang Lay.
Usai peluncuran buku ini, ada wacana mengusulkan kembali M Rochjani sebagai pahlawan nasional. Ini perlu dilakukan segera dan dengan cara seksama!