GETPOST.ID, Jakarta – Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi (APJATEL) menggelar kegiatan Simulasi dan Rancangan Konsep Desain Tiang Bersama APJATEL di Tangerang, kemarin (30/7).
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya APJATEL menyelesaikan masalah kabel Fiber Optic yang kian carut-marut di banyak daerah di Indonesia.
Ketua Umum APJATEL Jerry Mangasas Swandy menjelaskan, program penggunaan Tiang Bersama APJATEL ini merupakan salah satu inisiatif untuk menghadirkan solusi bagi para penyelenggara Jasa Telekomunikasi berbasis Fiber Optic di Indonesia, sekaligus bersama-sama mengurangi risiko keamanan bagi masyarakat, serta mendukung tata kelola kota yang rapih dan nyaman.
“Kita tahu pengaturan kabel Fiber Optic di banyak daerah carut marut hingga mengakibatkan kecelakaan. Mulai dari kecelakaan motor, mobil, dan menimbulkan korban jiwa. Kondisi ini memerlukan tindak lanjut untuk segera dilakukan perapihan dan pengaturan secara menyeluruh. Karena itu, APJATEL memberikan beberapa solusi, salah satunya penggunaan tiang bersama. Hari ini kami melakukan simulasi dari mockup tiang yang dibangun sebelum direalisasikan secara masif,” ujar Jerry dalam siaran persnya.
Kegiatan ini dihadiri dan disaksikan beberapa perwakilan pemerintah kota, antara lain Drs Aceng Solahudin, Kepala Dinas Bina Marga Bekasi; Jimmy Alberto dari Diskominfo Tangerang Selatan; Firman Gunawan, perwakilan Pemerintah Kota Jawa Barat; dan Dicky Tjokrosaputro, pemilik PT Power Telecom yang mendukung program ini.
Selain konsep penggunaan tiang bersama ini, APJATEL juga menyiapkan konsep lain, yakni relokasi kabel udara ke kabel tanah (underground cable) yang segera dicanangkan.
Konsep Tiang Bersama APJATEL merupakan solusi untuk pengaturan kabel Fiber Optic di kondisi jalan sempit. Tiangditempatkan di sisi kanan dan kiri jalan, sehingga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat dan menjaga tata kelola kota yang baik.
Konsep Tiang Bersama APJATEL mencakup tipe A, B dan C. Implementasinya akan disesuaikan dengan kondisi di daerah dengan mempertimbangkan ruang yang tersedia, kondisi di lapangan, biaya diperlukan, dan sisi fungsionalnya.
“Untuk detail eksekusi, kami akan bekerja sama dengan para pakar sambil mempertimbangkan banyak hal, termasuk finalisasi desain tiang dengan pihak konsultan, sehingga menjadi satu standardisasi nasional yang dapat difungsikan di seluruh wilayah Indonesia,” pungkas Jerry.