Minum Obat Analgetik Lebih dari 5 Hari, Nyeri Kepala Makin Sakit

Ilustrasi sakit kepala

GETPOST.ID, Jakarta– Acara Puncak Bulan Kesadaran Migrain diakhiri dengan diskusi edukatif bertajuk “Ambil Kendali, Atasi Migrain” yang digelar di Hotel JS Luwansa, Kuningan Jakarta Selatan, Rabu 3 Juli 2024.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengatasi migrain guna mencegah risiko kesehatan yang serius dan mendorong tatalaksana migrain sebagai upaya perlindungan bagi penyandang migrain.

Read More

Dalam berbagi pengalaman sebagai pejuang migrain, Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.N(K) menjelaskan beberapa strategi mencegah serangan migrain yang dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi penyandang migrain, seperti mencatat kapan saat migrain terjadi, minum lebih banyak air, memperhatikan pemilihan makanan, melakukan teknik manajemen stres, memperhatikan cuaca, makan dan istirahat dengan jadwal reguler. “Ini merupakan salah satu upaya untuk mengambil kendali dalam mengatasi migrain,” jelas Prof. Hasan Sjahrir.

Prof Hasan menegaskan jika kuncinya hanya 2 untuk mengatasi migren yakni tidur yang cukup serta jangan stres. Selain itu hidari minum obat analgetik secara berlebihan. “Untuk tahap awal boleh minum analgetik, jangan lebih dari 5 hari. Karena kalau over penggunaanya malah tambah sakit kepala dan pengobatannya lebih susah,” kata dokter yang bermukim di Medan ini.

Migrain adalah nyeri pada satu sisi kepala yang terasa berdenyut dan bukan suatu penyakit biasa. Berdasarkan studi Global Burden of Disease 2019, migrain menempati urutan nomor dua sebagai penyakit penyebab disabilitas tertinggi di dunia baik bagi pria maupun wanita.   Migrain merupakan nyeri kepala yang paling sering menimbulkan disabilitas yang signifikan. Studi menunjukkan setidaknya lebih dari 1 miliar orang di dunia setidaknya pernah mengalami satu kali episode migrain dalam hidupnya, dan sekitar 148 juta orang diantaranya jatuh pada kondisi migrain kronik.2, .

Ketua Pokja Nyeri Kepala PERDOSNI dr. Devi Ariani Sudibyo, Sp.N(K) dalam paparannya yang bertajuk “Lanskap dan Diagnosis Migrain di Indonesia” menjelaskan bahwa migrain juga dipengaruhi faktor genetik, terutama pada jenis migrain dengan aura.  Sebanyak 25% dari penderita migrain akan mengalami 4 hari atau lebih (per bulan) serangan migrain dengan skala nyeri berat, 35% hanya mengalami nyeri berat selama 3 hari, sedangkan 40% sisanya 1 hari setiap bulan.

Migrain juga terkait dengan risiko stroke, gangguan psikiatri serta disabilitas.  “Prevalensi migrain dalam 1 tahun meningkat seiring usia antara laki-laki dan perempuan, mencapai maksimal usia 35-45 tahun. Prevalensi meningkat pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah,” jelas dr. Devi.

Pemicu migrain dapat diakibatkan antara lain oleh perubahan hormonal, stres, konsumsi makanan tertentu (seperti keju, alkohol, kafein), pola makan dan istirahat tidak teratur, bau yang menyengat, cahaya terang, konsumsi terlalu banyak obat, dll.  Saat mengalami serangan, ada dua pilihan pengobatan yang dapat dibagi menjadi dua kategori. “Ada pengobatan untuk menghentikan rasa sakit dan pengobatan untuk mencegah serangan migrain dengan menghentikan sinyal rasa sakit dan pembengkakan pembuluh darah,” ungkap dr. Isti Suharjanti, Sp.N(K) dari PERDOSNI.
perdosni

Migrain pada Anak

Tidak hanya orang dewasa, tetapi sekitar 10 persen anak-anak usia sekolah memiliki kemungkinan untuk terkena migrain. Migrain yang merupakan gangguan neurologis ini ditandai dengan nyeri pada kepala dan gejala yang muncul adalah muntah, mual, pusing, sensitivitas terhadap cahaya, sentuhan, suara dan bau.
Migrain pada anak bisa saja terjadi karena beberapa faktor, yaitu pola makan tidak teratur, beban pikiran karena tugas sekolah, perubahan cuaca, dan masih banyak lagi lainnya. Untuk mengetahui secara spesifik apakah anak mengidap migrain atau tidak, pemeriksaan menyeluruh pun bisa dilakukan. Dokter biasanya melakukan pemeriksaan dengan melihat riwayat kesehatannya, serta melakukan tes diagnostik, seperti halnya tes darah, EEG, dan neuroimaging.
dr. Isti Suharjanti, Sp.N(K) dari PERDOSNI mengungkapkan ada kasus khusus mengenai migrain yang diidap seorang anak. Ada pasiennya anak berusia 8 tahun yang sakit perut terus menerus. Sudah berobat ke beberapa dokter tapi tidak kunjung sembuh. Setelah diteliti, anak tersebut sakit perut jika di sekolah. “Jika nyeri berulang, serangannya sama dan reguler itu kemungkinan migrain. Bisa dilakukan tes EEG, konsultasikan dengan ahlinya,” katanya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *