Batik Caruban, Tema yang Diangkat Nina Nugroho untuk Berlaga di Front Row Paris 2022

Batik Caruban by Nina Nugroho

GETPOST.ID, Jakarta– Desainer Nina Septiana yang membawahi label Nina Nugroho adalah salah satu dari 17 desainer binaan Indonesian Fashion Chamber (IFC) yang akan berlaga di ajang bergengsi Front Row di Paris. Pada 3-4 September 2022, Nina Nugroho akan melakukan fashion show dalam event Front Row Paris 2022 yang digelar di Bateu Chansonnier Port Debilly Paris dan La Galerie Bourbon. Selain Fashion show, akan ada pop-up store dan business matching yang di adakan di lokasi yang sama.

Dalam kesempatan kali ini, Nina Nugroho membawakan 5 (lima) koleksi busana yang dipadankan dengan koleksi Batik Keraton Kanoman dengan tema ‘Caruban’. Caruban adalah nama daerah di Jawa Barat yang kini dikenal sebagai kota Cirebon.

Kata Caruban sendiri berarti campuran. Ini karena daerah Caruban menjadi tempat tinggal masyarakat dari banyak budaya, diantaranya Sunda, Jawa, Arab dan Cina. Para wali menyebut Caruban sebagai pusat jagat negeri yang dianggap terletak di tengah- tengah pulau Jawa.

Baca Juga:
IFC Boyong 17 Desainer Indonesia, Siap Beraksi di Front Row Paris
– Road to Jakarta Muslim Fashion Week, Mendag Zulkifli Hasan Berdialog dengan Desainer Muslim Indonesia

‘’Sejarah telah mencatat, bahwa perjalanan batik di Cirebon sudah dimulai paling tidak sejak abad ke 15 atau 16. Bahkan sangat mungkin kesenian yang adhiluhung ini sudah dimulai sejak sebelum abad 15. Hal ini bisa kita lihat pada arsitektur mega mendung Kreta Jempana yang ada di Kesultanan Kanoman yang dibuat pada tahun 1350 Saka atau 1428 M,’’ tutur Nina Nugroho mengutip hasil riset yang dilakukannya. Secara khusus Nina Nugroho melakukan riset mengenai batik Cirebon melalui serangkaian wawancara dengan budayawan dan ahli sejarah Cirebon.

Batik Caruban by Nina Nugroho koleksi untuk ke Front Row Paris 2022

Cirebon dan budayanya menjadi sumber inspirasi koleksi Nina Nugroho kali ini. Sebagaimana Cirebon yang dianggap sebagai pusat jagat negeri, begitu pula halnya dengan sosok perempuan di tengah keluarga maupun lingkungannya. Sebagai pusat kehidupan, maka perempuan haruslah mampu memberikan yang terbaik dari setiap aktivitasnya. Diwujudkan dalam desain busana batik yang simple namu elegan khas Nina Nugroho. Memberikan kesan kuat, namun tetap anggun dan keibuan.

Kota Cirebon yang menjadi bertemunya banyak budaya, diwujudkan dalam pertemuan beberapa motif batik dalam satu busana. Setiap motif batik memiliki makna dan filosofinya masing-masing namun saling menguatkan.

Baca:
 Semarang Fashion Trend 2022 Optimalkan Kekuatan Lokal

Koleksinya sendiri terdiri dari midi shirt, shirt, tunik dan outer/cape yang dipadankan dengan pipe pants, cullote dan skirt. Detil berupa kancing Swarovski dan diperkaya dengan interlining dari bahan satin yang nyaman dan lembut. Batik klasik Cirebon beragam motif dipadukan dengan bahan cotton bridal premium yang menambah kesan elegan namun ringan.

Koleksi pertama terdiri dari tunik 2 in 1 dengan detil obi perpaduan batik Cirebon berwarna marun dan hitam putih di bagian lengan. Batik berwarna marun motif Kereta Paksi Naga Liman, yang merupakan kendaraan Sultan Cirebon. Kereta ini memiliki senjata Trisula, yang merupakan simbol tiga kekuatan Sultan, yaitu kekuatan darat, laut dan udara. Dipadukan dengan cullote motif Mega Mendung Rara Sumanding. Rara Sumanding adalah julukan Puteri Ong Tien. Ia adalah salah satu istri Sunan GunungJati, yang merupakan putri kaisar China, yakni Kaisar Hong Gie. Detil selendang di bagian belakang, menambah kesan elegan dan klasik koleksi ini. Warna marun terlihat kontras dengan batik warna hitam di bagian belakang tunik. Hijab bukan sekedar penutup kepala, tetapi menjadi penyempurna penampilan koleksi ini, dengan menggunakan material glitter.

Read More


Koleksi berikutnya perpaduan batik Wayang dengan batik motif Parang Panembahan Cirebon. Batik Wayang Terdiri dari midi shirt menggunakan Batik Wayang dan perpaduan bahan polos bridal cotton premium berwarna gold. Detil obi menambah kesan anggun dan disempurnakan dengan hijab terbuat dari bahan brukat. Penampilan koleksi ini makin elegan dengan ‘cape’ batik motif Parang Panembahan Cirebon. Motif ini di masa lalu hanya bisa dipakai oleh keluarga bangsawan atau kalangan ksatria saja. Motif jenis parang muncul di era Panembahan Ratu Cirebon I (1571 – 1649 M). Muncu juga di era Panembahan Senopati Mataram (1586 – 1601 M) dan Sultan Agung Mataram (1613 – 1645 M).

Batik Caruban by Nina Nugroho koleksi untuk ke Front Row Paris 2022


Koleksi ketiga terdiri dari long coat Batik Wayang, shirt dan pipe pants. Batik Wayang dipadukan dengan bahan bridal cotton premium berwarna coklat tua. Shirt diperkaya dengan detil berupa obi dan hijab menggunakan bahan tile. Batik Wayang merupakan simbolisasi manusia, yang mengajarkan filosofi kerukunan dan hidup dengan damai.


Perpaduan Batik Patran Luwung dan Batik Wayang menjadi daya tarik koleksi selanjutnya. Terdiri dari shirt 2 in 1 dengan detil di bagian belakang, dikenakan bersama cullote. Batik Patran Luwung, bermotif keris. Nama Luwung merujuk pada Syeikh Luwung (Pangeran Raja Muhammad), yang merupakan cucu Sunan Gunung Jati yang merupakan ahli keris (Luwung). Motif ini merupakan motif klasik Cirebon.

Skirt dan tunik berbahan Batik Megamendung yang legendaris, menjadi koleksi penutup. Motif Megamendung kali ini adalah Megamendung Nyai Panata Gama. Nya Panata Gama adalah julukan untuk ibunda Sunan Gunung Jati, yakni Nya Mas Rarasantang atau dikenal juga sebagai Syarifah Mudaim. Saat itu Nyai Panata Gama adalah Guru Agung Pondok Pesantern Amparan Jati Cirebon. Julukan itu muncul karena kapasitas beliau yang mumpuni di bidang ilmu agama. Paduan skirt dan tunik Megamendung berwarna berwarna biru dihiasi dengan ‘cape’ Batik Wayang berwana coklat sogan. Dipermanis dengan hijab berbahan glitter berwarna silver.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *