16 Ribu Kasus Bunuh Diri Setiap Tahunnya di Indonesia, IPK Luncurkan Ehfa.id

GETPOST.ID, Jakarta- Dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2021, setiap 10 September 2021, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, menandai dengan meluncurkan ehfa.id yakni sebuah Website & Tools Pencegahan Bunuh Diri yang berkolaborasi bersama Dr. Sandersan Onie, Peneliti Kesehatan Mental dalam Pencegahan Bunuh Diri, Sabtu 11 September 2021.

Menurut Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri, setiap 40 detik seseorang melakukan bunuh diri di seluruh dunia, atau sekitar 800.000 kejadian bunuh diri setiap tahunnya. Lebih dari 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (IASP 2021). Sementara data P2MKJN 2019 menyatakan di Indonesia terdapat lebih dari 16.000 kasus bunuh setiap tahunnya.

Adapun tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2021 adalah “Menciptakan Harapan Melalui Aksi Nyata” yang menandakan tekad untuk menanamkan rasa tujuan baru – memberdayakan dan membekali orang dengan keterampilan dan kepercayaan diri. Agar terhubung dengan seseorang yang mereka pikir mungkin sedang berjuang, menciptakan gerakan tindakan pencegahan, dengan pesan berkelanjutan untuk mendorong perubahan perilaku dan pada akhirnya, mencegah lebih banyak bunuh diri.

  • Kenalkan Budaya Indonesia, Alasan Pernikahan Selebritis Tayang di TV Nasional

    Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si.,Psikolog, mengatakan, ”Bunuh diri perlu mendapatkan perhatian, sebab hal ini termasuk fenomena gunung es dimana kejadian yang terlihat jauh lebih sedikit dibanding jumlah kasus sebenarnya. Terlebih dalam situasi pandemi ini dimana menurut hasil riset IPK, kami menemukan adanya peningkatan mereka yang mengalami gangguan psikologis, rentan stres, depresi, bahkan terancam bunuh diri.”

    “Upaya ini sebagai aksi nyata mencegah mereka yang berpikiran untuk melakukan bunuh diri, mengingat bunuh diri adalah masalah global dan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang dapat dicegah,” ungkap Gamayanti menambahkan.

    Menariknya, menurut Sandersan Onie pendiri Emotional Health for All, dan pemrakarsa website ehfa.id, bahwa berdasarkan penelitiannya, untuk setiap kematian bunuh diri, kemungkinan ada 29 upaya serupa di tempat lain. “Upaya bunuh diri dapat menular, khususnya mereka yang berada di sekitar individu yang bunuh diri.”

    Selain itu, Sandersan menemukan kurangnya keahlian penelitian dalam membantu menginformasikan apa yang perlu dilakukan, seperti upaya pencegahan yang sudah tidak relevan atau tidak efektif dengan zaman yang berubah. Melihat upaya bunuh diri yang banyak dilakukan generasi milenial, Sandersan mengembangkan website pencegahan bunuh diri, ehfa.id.

    Website ini menampilkan halaman bantuan saat krisis, yang dapat dikunjungi ketika seseorang merasa ingin bunuh diri. Dalam website ini, pengunjung dapat menggunakan serangkaian fitur berbasis penelitian dan dapat menyaksikan video pengalaman seseorang yang mencegah keinginannya untuk bunuh diri. Tautan ke sumber daya penting, termasuk database psikolog terdaftar IPK Indonesia terdapat dalam website ehfa.id.

    Di website ehfa.id, terdapat serangkaian alat dan formulir awal untuk mengidentifikasi kondisi krisis yang dialami. Selain itu, terdapat rencana keamanan yang dapat digunakan oleh seseorang yang memiliki tendensi bunuh diri, sebagai bantuan awal mengatasi krisis tersebut.

    “Seseorang yang mengalami krisis berarti berada dalam kondisi stres yang sangat tinggi, situasi berisiko tinggi untuk bunuh diri, tidak dapat fokus atau berpikir terlalu jauh, maka Rencana Keamanan yang ditampilkan secara bersahabat ini menawarkan kegiatan yang dapat dilakukan setelah orang tersebut berada dalam kondisi yang lebih tenang, sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga diri mereka tetap aman,” jelas Sandersan.

    Gamayanti menambahkan bahwa IPK mendukung adanya website ini lantaran sangat membantu orang yang mengalami gangguan psikologis. “Dan juga orang mempunyai pemikiran melakukan bunuh diri dapat dicegah, tentunya bersama partisipasi lingkungan dan masyarakat,” tutup Gamayanti.

Alia Fathiyah

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments