GETPOST.ID, Lampung Selatan- Duta Swasembada Gizi yang juga Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Lampung Selatan Winarni Nanang Ermanto sedang berusaha semaksimal mungkin melakukan sosialisasi mengentaskan stunting di Kabupaten Lampung Selatan.
Hasil dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) prevalensi stunting Provinsi Lampung pada 2013 sebesar 43 persen, sedangkan pada 2018 terlihat penurunan menjadi 29 persen. Dari catatan tersebut, Winarni memiliki beberapa program unggulan untuk mengatasi masalah stunting sehingga dari catatannya kini sudah berada di bawah 5 persen dari target nasional 14 persen. Sehingga targetnya pada 2024 menjadi zero (kosong).
Baca:
– Promosikan Tenun Inuh, Ini Program Dekranasda Lampung Selatan
“Swasembada gizi itu bukan hanya sebuah program. Tetapi lebih dari itu adalah sebuah gerakan untuk membentuk generasi Lampung Selatan yang unggul. Caranya dengan memanusiakan manusia. Insya Allah 2024 menjadi zero stunting,” ujar Winarni dalam Media Visit bersama Asah Kebaikan Team, di kantor Dekranasda Lamsel Rabu 7 April 2021.
Fokusnya kini adalah pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), pelayanan swasembada gizi, sanitasi dan air bersih, pelayanan paud serta pelayanan sosial.
Saat ini Winarni sedang mencari jalan bagaimana mengedukasi lima layanan ini kepada masyarakat agar bisa diterapkan. Program Swasembada ini kata Winarni adalah sebuah program kebersamaan dari masyarakat, pemerintah, dan TNI Polri dalam mengentasan stunting. Upaya menurunkan angka stunting bisa dilakukan dengan cepat tentu dibutuhkan komitmen dilakukan secara bergotong-royong dari semua pihak.
“Jadi jangan pernah memberikan bantuan itu untuk sekali pakai. Bantuan untuk sebuah keluarga misal dengan bantuan bibit ikan, bibit ternak dan diberi penyuluhan. Artinya kalau diberi bantuan ikan atau telur, setelah dimakan, habis, tidak berkelanjutan,” kata Winarni yang juga Ketua Umum Dekranasda Lamsel. Salah satu hal sederhana yang telah dilakukan adalah memanfaatkan semua bagian ikan untuk dijadikan makanan khas Lamsel seperti kulit, tulang hingga dagingnya.
Setelah diberikan bantuan, akan terus dimonitoring dan dipantau perkembangannya apakah bisa membantu meningkatkan ekonomi melalui budaya ikan atau ternak. Hal tersebut bisa berkelanjutan jika Kawasan Bakauheni Harbour selesai dibagun dengan 1000 hotel serta tempat hiburan seperti dunia fantasi.
“Kalau peternakan dan perkebunan masyarakat maju, mereka bisa menyuplai daging, ikan, sayur, dan buah untuk wisatawan yang datang. Yang tadinya cari kerja ke sana kemari, Insya Allah masyarakat tidak menjadi penonton ketika banyak hotel dibangun dan wisatawan datang. Selain ketahanan pangan bisa terjaga, juga untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat Lampung Selatan juga bisa dirasakan,” tutur Winarni dengan optimis.
Alia Fathiyah