GETPOST.ID, Jakarta- Pandemi global Covid-19 membuat banyak orang akhirnya harus bekerja maupun belajar di rumah aja. Gerakan physical distancing itu pun dapat menimbulkan kebosanan hingga stres, sehingga memicu munculnya penyakit.
Gastroeophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu gangguan kesehatan yang banyak dialami akibat kebosanan yang melanda terutama terhadap wanita. Menurut pakar GERD, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, Dekan Fakultas Kedokteran UI, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, wabah covid-19 memang bisa menjadi pemicu munculnya GERD.
Baca:
Wabah Corona, Lebih Rentan Tertular di Pasar Dibanding di Rumah Sakit
Selain kecemasan yang berlebihan gaya hidup dan pola makan juga menjadi salah satu penyebab. ”GERD itu penyakit kronik asam lambung yang balik arah, harusnya ke bawah tapi ini ke atas sehingga munculnya mulut pahit dan panas di dada,” kata Ari dalam Nina Nugroho Solution Live On Instagram eksklusif di @ninanugrohostore, Rabu 6 Mei 2020 pukul 16.00 wib bersama desainer Nina Nugroho.
Banyak orang yang mengira jika GERD dan maag itu sama, padahal jelas perbedaanya dalam gejala dan pengobatannya. Kalau maag, kata Ari, hanya bermasalah di lambung saja. Tapi GERD lebih kepada nyeri di ulu hati, perut terasa begah, panas di dada dan menimbulkan mulut yang pahit.
Untuk memastikan apakah seseorang terkena GERD, maag atau masalah jantung, menurut Ari harus dipastikan dengan mendatangi dokter. ”Datang ke dokter umum saja sudah cukup, nanti dokter bisa melihat apakah itu maag, GERD atau ada masalah di jantung,” kata Ari.
Tapi Ari menyanggah jika GERD berhubungan dengan adanya masalah di jantung meski dari gejala terlihat sama. Pasalnya banyak orang yang terkena jantung tapi setelah diperiksa lebih lanjut hanya bermasalah di lambung saja.
”GERD tidak berhubungan dengan jantung karena itu beda jalur. Tapi jika dikaitkan dengan asma bisa jadi. Karena sebanyak 40 persen orang terkena asma karena GERD. Ketika asam lambung naik, paru-paru terasa nggak nyaman. Jadi orang yang punya GERD bisa jadi ada masalah juga di paru-paru,” kata Ari.
Menurut Ari banyak pasien yang mendiagnosis sendiri hanya dari brosing di internet. Padahal untuk menentukan sebuah penyakit diperlukan seorang dokter yang memeriksa dengan detil. ”Karena rasa cemas sudah mendiagnosis sendiri,” katanya.
Lantaran kini sedang adanya wabah Covid-19, Ari menyarankan untuk tidak ke UGD dulu. Banyak pasien yang buru-buru ke UGD ketika merasakan gejala GERD untuk disuntik obat lambung. Pasien yang mengidap GERD disarankan untuk memiliki obat di rumah, pastinya obat khusus untuk lambung. Atau jika tidak punya lebih baik duduk dengan tenang dan minum teh hangat.
Pada 5 tahun lalu Ari menemukan sebanyak 1600 pasien datang dengan dua keluhan yakni penyakit kronik asam lambung dan mulut pahit sampai ke tenggorokan. Lalu dalam kuesioner ditemukan sebanyak 20-30 persen di masyarakat, gaya hidup menjadi salah satu pemicu. Seperti makanan berlemak, makan langsung tidur, konsumsi keju, cokelat, makanan asam dan pedas.
ALIA F
Very excellent information can be found on weblog.Raise range
Muchas gracias. ?Como puedo iniciar sesion?