GETPOST.ID, Jakarta- Selama ini orang hanya tahu kalau Joker adalah salah satu musuhnya Batman. Nggak ada yang ngeh, kalau karakter Joker itu dimulai dengan masa lalu yang kelam. Kehidupan yang menarik untuk diulik. Ini salah satu alasan dasar dari si sutradara Todd Phillips untuk membuat film Joker tanpa ada embel-embel Batman dan bukan dibawah naungan DC Universe.
Baca: Film Joker, Joaquin Phoenix Diprediksi Nominasi Oscar
Pilihan Todd Phillips ternyata benar, Joker mendapat pujian dari semua kritikus film di dunia. Pemilihan Joaquin Phoenix sebagai Joker pun terbilang pilihan yang tepat. Aktor watak berusia 44 tahun itu selama ini dikenal dengan peran antagonisnya dan berhasil membawa pulang beberapa penghargaan.
Lewat film Joker, Joaquin Phoenix rela menurunkan bobot tubuhnya sehingga menjadi sangat kurus, dia juga berhasil memunculkan tarian layaknya tarian orang sakit jiwa, serta tawa terbahak yang justru membuat orang merinding melihatnya.
Bercerita tentang Arthur Fleck (Joaquin Phoenix), seorang pria dewasa yang mengidap gangguan mental (mental illness). Dia rutin minum obat dan rutin ‘curhat’ ke psikiaternya. Arthur juga mantan penghuni rumah sakit jiwa karena gangguan yang diidapnya. Sejak kecil, Arthur selalu dibombardir ibunya harus bahagia, selalu memasang wajah bahagia di manapun berada. Bahkan sang ibu memanggilnya Happy.
Agar bisa membahagiakan orang lain, Arthur bekerja sebagai badut. Tapi sayang, hidup bagi Arthur seperti tak pernah indah. Kebahagiaan yang dia pancarkan hanya semu, Arthur seperti tidak menjadi dirinya sendiri. Dia sering sekali dibully dan dipukuli tanpa sebab. Kehidupan marginal dan perbedaan kelas sosial di Kota Gotham membuatnya menjadi orang tak berguna.
Kota Gotham selama ini memang selalu digambarkan sebagai kota yang suram, penuh kriminalitas, perbedaan kelas sosial yang tajam, korupsi dan hukum seperti tajam ke bawah (sounds like familiar, isnt it?).
Hingga pada suatu hari, psikiaternya mengatakan kalau dana di stop dari pemerintah. Dia tidak lagi bisa bekerja membantu pasien gangguan jiwa termasuk Arthur, bahkan obat pun dihentikan.
Di sini Joaquin Phoenix bisa sekali mengubah moodnya, dari diam saja, hanya mengandalkan mimik wajah dan tatapan mata, yang sepertinya bisa mendadak berubah menjadi sadis. Di tempat kerjanya, Arthur juga seperti tak dianggap. Menariknya, di rumah Arthur menjadi anak yang penyayang. Dia terlihat sangat sayang pada ibunya. Ibunya sakit dan selalu menanyakan apakah ada balasan surat dari Thomas Wayne. Dan setiap hari pula, Arthur selalu memeriksa box surat di apartemennya. Arthur juga menyiapkan makan ibunya, bahkan memandikan ibunya.
Ternyata ibunya pernah bekerja dengan keluarga Wayne 30 tahun lalu sebagai pengurus rumah tangga. Ibunya Arthur selalu yakin kalau ayahnya Bruce Wayne itu akan membantu kehidupan mereka. Bersamaan dengan itu Thomas Wayne sedang berusaha untuk menjadi Walikota Gotham dan berjanji akan memberantas kejahatan dan memberikan kesejahteraan bagi warga Gotham.
Meski dari cerita di atas terlihat biasa saja, Joaquin bisa banget seperti memendam masalah di dalam dirinya. Di sini kecerdasaan Todd sebagai sutradara diuji. Meski di fokuskan hanya kepada si Arthur, tapi beberapa scene dan karakter yang muncul justu membangun dan memicu Joker untuk keluar. Setiap cameo yang muncul seperti sudah diatur sedemikian rupa menjadi tumpukan-tumpukan masalah di dalam diri Arthur yang bisa meledak dan keluarlah sosok Joker.
Meski banyak karakter yang muncul, tapi Todd pintar, hanya Joker yang dijadikan pusat perhatian di film ini. Dan Joaquin Phoeniex menerima tantangan itu serta berhasil menguasai keseluruhan cerita hingga akhir. Keren bukan?
Masalah bertubi-tubi menerpa, dimulai klimaksnya ketika seorang temannya memberikannya sebuah pistol ke Arthur. Di sini, penonton langsung menahan nafas. Karena tahu akan kesadisan yang bakal terjadi. Dengan gangguan mental seperti itu, tidak lagi pula minum obat, penonton menunggu, apa yang akan dilakukan seorang Arthur dengan modal pistol.
Benar saja. Klimaksnya pun dimulai.
Diawali dengan kekesalannya dipecat dari tempat kerja. Saat itu Arthur sedang menghibur anak-anak di rumah sakit dengan memakai baju badut, anak-anak tertawa bahagia. Tapi semua terdiam dan menahan nafas, (juga penonton) ketika tiba-tiba pistol terjatuh dari kantongnya. Arthur dipecat.
Masih memakai baju badut lengkap dengan wajah penuh polesan, Arthur naik kereta dan dibully tiga pria berdasi. Arthur yang memang memiliki penyakit bisa tertawa terbahak-bahak secara mendadak, dipukuli tiga pria itu. Tanpa sadar, ketiganya ditembak oleh Arthur dengan sadis. Hebohlah pemberitaan media. Dan sejak itu, warga kota Gotham seperti mendapatkan motivasi baru untuk revolusi. Mereka mengikuti Arthur dengan memakai topeng badut untuk melawan ketidak adilan. Bisa dibilang Arthur menjadi seorang pahlawan.
Joker (Arthur) bisa dibilang seorang pahlawan dari sisi dunia hitam. Dia memperjuangkan ketikadilan bagi masyarakat kalangan bawah. Aksinya yang sadis di televisi yang ditonton secara langsung malah menjadi pemicu kerusuhan di kota Gotham untuk melawan pemerintah.
Menonton Joker ini membuat kita sebagai penonton harus menahan nafas, lalu bernafas lega dan kembali tegang. Pasalnya, Joaquin Phoenix sukses membawa penonton diaduk-aduk emosinya. Joaquien Phoenix berhasil membawa penonton larut akan penderitaan yang dialami oleh Joker. Dan Joaquein Phoenix bisa terlihat berbeda sekali ketika dia memoles wajahnya menjadi badut, lalu memakai baju jas dan berjalan di tengah jalan dengan bahagia. Joaquein Phoenix berubah menjadi Joker. Bisa banget kepercayaan dirinya muncul, dari cara jalan, getsure, berbeda sekali ketika menjadi Arthur.
Sebab akibat munculnya karakter Joker yang psikopat bisa dimaklumi ketika akhirnya terkuak bagaimana masa kecil Arthur. Masa kecil seseorang itu sangat berpengaruh untuk kehidupan dewasanya. Dari sini, bisa dilihat. So, kalau menonton Joker jangan bawa anak, orang tuanya saja untuk melihat harus seperti apa dalam mendidik anak agar tidak muncul Arthur-Arthur baru. Salam.
ALIA F