GETPOST.ID, Jakarta- Lola Amaria bernafas lega ketika film terbarunya 6,9 Detik tayang dibioskop pada 26 September 2019. Film yang menceritakan soal kegigihan atlet panjang tebing Aries Susanti Rahayu untuk meraih medali emas dalam ajang Asian Games 2018 ini.
Menariknya, sejak dulu Lola Amaria selalu konsisten menggaet bintang baru untuk terlibat di dalam proyek filmnya. Nyaris hampir seluruh filmnya selalu muncul wajah baru, bisa dibilang dia anti mainstream. Dan untuk film 6,9 Detik ini, Lola terbilang nekat menempatkan Ayu-sapaan Aries untuk menjadi bintang utama. Tapi pilihan Lola tidak salah, Ayu berhasil menjadi diri sendiri. Ayu tidak berlebihan dalam berakting.
Meski sebenarnya scene Ayu dewasa di film ini tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan pemeran Ayu kecil dan Ayu remaja.
Untuk porsi paling banyak dalam film ini, Lola Amaria memberikan banyak ruang untuk Ayu kecil, artinya film ini mengambil latar kehidupan di kampung yang alami, bersahaja, dan terlihat damai.
Berlatar awal di tahun 1999, Lola Amaria berusaha menempatkan beberapa property dengan latar tahun tersebut, meski ada beberapa bagian yang bocor. Yakni, tas yang dipakai Ayu kecil dengan motif bunga itu terlihat jelas mulai terkenal beberapa tahun belakangan dengan merk tertentu. Selain itu, sosok Agnez Monica digambarkan telah remaja, padahal di tahun tersebut Agnez sedang memulai debutnya lewat acara Tralala Trilili.
Tapi Lola berhasil menceritakan kehidupan di desa yang nyaman, bagaimana sosok Ayu kecil yang ambisius dan pantang dikalahkan oleh siapapun. Ini yang menjadikannya Ayu menjadi sukses, meski sempat mau mundur. Lola juga berhasil mengambil sudut gambar yang menceritakan pesona pedesaan. Selain itu scoring film menunjang cerita untuk penonton agar lebih mendramatisasi cerita.
Lalu cerita bergulir ketika Ayu patah semangat ketika ibunya kerja menjadi TKW di Arab Saudi. Setiap hari Ayu menunggu ibunya pulang, berbicara atau menatap air yang ada di dalam kendi besar.
Nah, menurut saya jika ini pure film (bukan pure base on true story, karena seperti sebuah semi biography seorang Ayu), alangkah menariknya di scene ini ada bagian yang membuat hati penonton diacak-acak.
Keberhasilan sebuah film ini adalah ketika film tersebut mampu membuat adrenaln penonton seperti naik roller coaster. Tiba-tiba naik atau turun atau bikin mereka tertawa, marah atau pun menangis.
Karena setelah itu akan memunculkan klimaks film sehingga film akan menjadi menarik, bukan saja sekedar tontonan, meski saya akui pesan dari film ini ada untuk disampaikan. Tadinya saya menduga, ibunya Ayu yang menjadi TKW, mendapatkan sebuah tragedi. Ayu yang selalu menanti ibunya pulang, menjadi down dan sangat sedih. Nah disitulah muncul titik balik seorang Ayu sehingga dia termotivasi menjadi seorang atlet panjang tebing.
Bagaimanapun juga, Lola Amaria berhasil mengarahkan semua pemain yang ‘wajahnya’ baru di perfilman bukan independent ini, menjadi seorang aktris yang baik. Mereka terlihat alami mendalami perannya masing-masing.
Yang juga menarik, adalah ketika asik menonton bagaimana para atlet panjat tebing ini dengan cepatnya mirip seperti cicak, memanjat tembok dengan sangat cepat. Juga kita bisa melihat latihan keras yang harus dijalani para atlet.
Menurut Lola Amaria, latar belakang keluarga Aries yang sederhana bisa menjadi contoh bila kesuksesan bisa diraih meski banyak halangan. “Jadi motivasinya dia diangkat sesuai kesepakatan dengan panjat tebing. Kemudian kami lakukan riset dan jadilah naskah ini beberapa bulan. Ada sport movie-nya, cuman kami membuat sebuah inspirasi, semiskin apapun kita kalau kita kerja keras pasti akan ada hasilnya kok,” imbuh Lola. Film ini juga turut dibintangi Aryo Wahab, Rangga Djoned dan masih banyak lagi.
Alia F